KRI Irian
Dari WIKIPEDIA
bahasa indonesia ensiklopedia bebas
KRI Irian adalah
sebuah kapal penjelajah kelas Sverdlov (Project 68-bis) milik TNI AL pada
tahun 1960-an. Kapal jenis ini adalah kapal penjelajah konvensional terakhir yang dibuat
untuk AL Soviet, 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal
jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru
kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan dari kapal penjelajah kelas Chapayev.
Desain
Kapal ini diperbaiki dan versi sedikit
membesar dari kapal penjelajah kelas Chapayev . Mereka memiliki perlindungan
persenjataan utama yang sama, mesin dan sisi sebagai kapal-kapal sebelumnya,
tapi telah meningkatkan kapasitas bahan bakar untuk rentang yang lebih besar,
sebuah lambung semua dilas, perlindungan bawah laut membaik, meningkat artileri
anti pesawat dan radar. Suite radar utama adalah: 1x 'Big Bersih atau radar
udara pencarian' Trough Top ' 1x 'High Saringan' atau radar udara pencari
'Saringan Rendah' 'Pisau Istirahat' 1x udara pencari radar * 'Bersih Slim 1x
udara pencari radar 1x 'Don-2' atau radar navigasi 'Neptune' Gun radar kontrol
2x 'Sun Visor' api 'Bow Top 2x 152mm radar kontrol senjata api Gun radar
kontrol 8x 'Telur Piala' api 'Watch Dog' 2x ECM sistem Para Nakhimov Laksamana
memiliki SS-N-1 anti-kapal peluncur rudal dipasang di tempat menara A dan B
sebagai percobaan pada tahun 1957. Instalasi ini tidak berhasil, kapal itu
cepat dihentikan dan digunakan sebagai kapal target di 1961. Para Dzerzhinsky
memiliki peluncur rudal SAM untuk SA-2, menggantikan menara belakangnya di
1960-62. Konversi ini juga tidak berhasil dan tidak ada kapal selanjutnya
dikonversi. Para Senyavin dan Zhdanov dikonversi menjadi kapal komando pada
tahun 1971 dengan mengganti menara belakang dengan akomodasi tambahan dan
elektronik. Kedua kapal perintah yang dilengkapi dengan dek helikopter dan
hangar bersama-sama dengan SA-N-4 sistem rudal SAM dan 4 senapan 30mm kembar.
Senjata
dan tenaga penggerak
Senjata artileri KRI Irian
Senjata utama dari KRI Irian adalah 4 buah turret/kubah, dimana setiap turret berisi 3 meriam kaliber 6 inchi.
Sehingga total ada 12 meriam kaliber 6 inchi di geladaknya.[2]
§ 10 tabung torpedo antikapal selam kaliber 533 mm
§ 12 buah kanon tipe 57 cal. B-38 kaliber 15.2 cm (6 di depan, 6 di
belakang)
§ 12 buah kanon ganda tipe 56 cal. Model 1934 6 (twin) SM-5-1 kaliber 10
cm
§ 32 buah kanon multi fungsi kaliber 3,7 cm
§ 4 buah triple gun Mk5-bis kaliber 20 mm (untuk keperluan
antiserangan udara)
Tenaga penggerak
Sebagai tenaga penggerak, KRI Irian
mengandalkan 2 buah turbin uap TB-72
yang mendapat pasokan uap dari 6 buah ketel KV-68
dan disalurkan melalui 2 buah shaft.
Tenaga total yang dihasilkan adalah @110.000
HP sampai 122.000 HP pada kedua shaft, tenaga ini mampu membuat kapal seberat
13.600 ton ini mencapai kecepatan maksimum 32,5 knot. Sedangkan jarak maksimum
yang bisa ditempuh adalah 9000 mil laut dengan kecepatan konstan 18 knot.
Riwayat
KRI Irian sebelumnya
adalah kapal Ordzhonikidze
(Орджоникидзе) (Object 055,
diambil dari nama Menteri Industri Berat era Stalin, Grigory "Sergo"
Ordzhonikidze) dari Armada Baltik AL Soviet, kemudian dibeli oleh pemerintah Indonesia tahun 1962. Saat itu KRI Irian adalah kapal terbesar
di belahan bumi selatan. Kapal ini digunakan secara aktif untuk persiapan
merebut Irian Barat
.Awal pengoperasian di indonesia
Kapal ini dibuat di Admiralty Yard,
Leningrad. Peletakan lunas pertama dilakukan tanggal 9 Oktober 1949, diluncurkan
tanggal 17 September 1950, dan pertama kali dioperasikan tanggal 30 Juni 1952.Pada 11 Januari 1961 Pemerintah
Soviet mulai mengeluarkan instruksi kepada Biro Desain Pusat #17 untuk
memodifikasi Ordzhonikidzesupaya
ideal beroperasi di daerah tropis. Modernisasi skala besar dilakukan untuk
membuat kapal ini dapat dioperasikan pada suhu +40 °C, kelembapan 95%, dan
temperatur air +30 °C.
Tetapi perwakilan dari Angkatan Laut
Indonesia yang berkunjung ke kota Baltiisk menyatakan bahwa mereka tidak
sanggup untuk menanggung biaya proyek sebesar itu. Akhirnya modernisasi
dialihkan untuk instalasi genset diesel yang lebih kuat guna menggerakkan
ventilator tambahan.
Tanggal 14 Februari 1961 kapal
ini tiba di Sevastopol, dan tanggal 5 April 1962 kapal
ini memulai uji coba lautnya. Pada saat itu kru Indonesia (ALRI) untuk kapal
ini sudah terbentuk dan ada di atas kapal. Mekanik kapal ini, Bapak Yatijan, di
kemudian hari menjadi Kepala Departemen Teknik ALRI. Begitu juga banyak dari
pelaut yang lain, banyak yang dikemudian hari mampu menduduki posisi penting.
Operasional
KRI Irian tiba di Surabaya pada 5 Agustus 1962 dan
dinyatakan keluar dari kedinasan AL Soviet pada 24 Januari 1963. Sebelumnya Uni Soviet tidak pernah
menjual kapal dengan bobot seberat ini kepada negara lain kecuali kepada
Indonesia. ALRI yang belum pernah mempunyai armada sendiri sebelumnya, belajar
untuk mengoperasikan kapal-kapal canggih dan mahal ini dengan caratrial and error/coba-coba. Bulan November 1962
tercatat sebuah mesin diesel kapal selam rusak karena benturan hidrolis saat
naik ke permukaan, sebuah destroyer rusak dan 3 dari 6 boiler KRI Irian rusak. Suhu yang panas dan
kelembapan tinggi berefek negatif terhadap armada ALRI, akibatnya banyak
peralatan yang tidak bisa dioperasikan secara optimal. Di lain pihak kehadiran
kapal ini membuat AL Kerajaan Belanda secara drastis mengurangi kehadirannya di
perairan Irian Barat.
Perbaikan
Pada 1964 kapal
penjelajah ini sudah benar-benar kehilangan efisiensi operasionalnya dan
akhirnya dikirim ke Vladivostok untuk perbaikan. Bulan Maret 1964,
KRI Irian sampai di Pabrik Dalzavod. Para pelaut dan teknisi Soviet terkejut
melihat kondisi kapal dan banyaknya perbaikan kecil yang seharusnya sudah
dilakukan oleh para awak kapal ternyata tidak dilakukan. Mereka juga tertarik
dengan sedikit modifikasi yang dilakukan ALRI yaitu mengubah ruang pakaian
menjadi ruang ibadah (sesuatu yang tentu tidak mungkin terjadi di Uni Soviet).
Penugasan kembali
Setelah perbaikan selesai pada bulan Agustus 1964 kapal
kembali berlayar menuju Surabaya dengan
dikawal oleh destroyer AL Uni Soviet. Setahun kemudian (1965), terjadi
pergantian pemerintahan. Kekuasaan pemerintah praktis berada di tangan Jenderal Soeharto. Perhatian Soeharto terhadap ALRI
sangat berbeda dibandingkan Sukarno. Kapal ini dibiarkan terbengkalai di
Surabaya, bahkan kadang-kadang digunakan sebagai penjara bagi lawan politik Soeharto[3]
Pemensiunan
Terdapat beberapa versi tentang riwayat KRI
Irian setelah peristiwa G30S:
§ Versi pertama menyebutkan bahwa tahun 1970, KRI Irian sudah sedemikian parah
keadaannya hingga sedikit demi sedikit mulai dibanjiri air. Tidak ada orang
yang peduli untuk menyelamatkan kapal penjelajah ini. Sehingga pada masa Laksamana Sudomo menjabat
sebagai KSAL, maka KRI Irian dibesituakan (scrap)
di Taiwan pada
tahun 1972 dengan
alasan kekurangan komponen suku cadang kronis.[4]
§ Versi kedua, menurut Hendro Subroto, kapal perang yang
dibuat hanya empat buah ini dijual ke Jepang setelah
persenjataannya dipreteli. "Padahal di Tanjung Priok masih terdapat dua
gudang suku cadang. Tapi karena perawatan sebelumnya di tangani orang Rusia,
selepas Gestapu, kita tidak punya teknisi lagi," kata Hendro.[5]
§ Versi ketiga menyebutkan bahwa ketika dibawa untuk
dibesituakan, di tengah perjalanan KRI Irian dicegat oleh kapal Uni Sovyet.
Versi ketiga ini adalah analisis dari penulis sendiri setelah membaca laporan
dari berbagai majalah militer yang mengulas mengenai persenjataan Uni Sovyet
semasa Perang Dingin. Uni Soviet hanya menjual penjelajah ringan kelas
Sverdlov kepada dua negara, yaitu Indonesia (1962) dan India (1989–scrap). Ada
dugaan bahwa pihak yang paling tidak menginginkan apabila kelas Sverdlov jatuh
ke tangan pihak Barat adalah Uni Soviet. Teori ketiga, ada kemungkinan Uni
Soviet mencegat kapal tersebut dan kemudian mengambil alih dengan kesepakatan,
bisa jadi dengan mengurangi sejumlah hutang pembelian senjata yang belum
dilunasi atau bisa jadi dengan melunaskannya. Dari ke-4 buah itu, hanya KRI
Irian (Ordzhonikidze/Object 055) yang keberadaannya masih misterius.
Kru Kapal
Perwira yang pernah bertugas di atas KRI
Irian adalah:
1.
Mantan Panglima TNI dan Menkopolkam di Kabinet Indonesia Bersatu, Laksamana (Purn.) Widodo AS yang saat itu menjabat sebagai Perwira Senjata pada tahun 1968.[7]
2.
dr. Tarmizi Taher, mantan Menteri Agama di Kabinet Pembangunan VI, sebagai Perwira Kesehatan Sementara saat
Paduka Yang Mulia Presiden RI Dr.Ir. H.Soekarno dalam perjalanan dari Jawa ke
Makasar di KRI Irian.[8]
3.
dr. Kartono Mohamad, kakak kandung dari Goenawan Mohamad, pendiri Majalah Tempo. Ia pernah
menjadi dokter di KRI Irian semasa bertugas di TNI-AL (1964-1975).[9]
Trivia
§ IRIAN merupakan Akronim dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland
§ Ada guyonan seputar KRI Irian: "Tak ada yang ditakuti KRI Irian,
termasuk Karel Doorman. Hanya satu yang menciutkan nyalinya, yaitu Haji Syukri (juragan besi loakan ternama di
Surabaya)."
0 komentar:
Posting Komentar